Detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan
tahun akan terus berjalan karena waktu tak pernah berhenti berputar. Waktu selalu memberikan kisah yang terjadi di setiap detiknya yang akan selalu
membuahkan kenangan yang manis ataupun pahit bagi setiap insan di dunia ini. Perubahan
waktu itu pun menjadikan berbagai perubahan dalam kehidupan dunia yang fana
ini. Perubahan tersebut dapat membuat kehidupan ini menjadi lebih baik ataupun
lebih buruk tergantung dengan perilaku manusia
itu sendiri. Begitu pula kejadian yang tergambarkan
dalam cerita pendek karya A.A Navis yang berjudul “Dari Masa ke Masa” ini.
Perbedaan yang datang dari setap waktu memberikan sebuah pelajaran terhadap
kita yang melewatinya.
Dalam cerpen ini penulis seolah
menggambarkan perbandingan terhadap kehidupan sosial yang pernah dialaminya
pada masa muda dengan kehidupan sosial pada zaman sekarang. Beliau memberikan
gambaran terhadap perubahan-perubahan nilai-nilai sosial yang sangat berbanding
terbalik pada zaman dahulu dan zaman sekarang.
Aspek sosial yang terdapat dalam cerita
pendek ini yaitu pada zaman dahulu, resty dan nasihat merupakan hal yang utama
karena hal tersebut sebagai tolak ukur
akan sesuatu agar dapat melaksanakan segalanya dengan lancar, baik dan sesuai
dengan aturan yang berlaku. Seperti
dalam kutipan paragraf pertama, baris pertama “Waktu saya muda dulu, sekitar usia dua puluh tahun, saya
sering dongkol pada orang tua-tua. Bayangkanlah, setiap apa pun yang akan
kami lakukan selalu kena tuntut agar minta nasihat dulu, minta restu dulu
pada orang tua-tua.”
Selanjutnya yaitu segala tata cara yang
berlaku pada zaman dahulu memang seolah menjadi tata cara kebiasaan sehingga
menimbulkan suatu sanksi bila melanggarnya. Seperti
dalam kutipan paragraf pertama baris ke lima “Memang tidak ada paksaan. Tapi selalu saja ada
pesan-pesan agar sebelum kami mulai melaksanakan kegiatan kami, sebaiknya
kami berbicara dengan Bapak Anu, Bapak Polan, Bapak Tahu, atau pada bapak
sekalian bapak.”
Selain itu, kehidupan
anak muda di zaman tersebut atau pada tahun 1950an tidak sesuai dengan
kehidupan anak muda di zamannya, karena anak yang sudah duduk di tingkat SMA
saja tidak memiliki kemampuan. Seperti
dalam kutipan paragraf ke-15 baris ke tujuh “Anak-anak sekolah SMA dulu, telah bisa menjadi guru bahkan
direktur SMA swasta. Sedangkan anak-anak SMA sekarang, tidak bisa berbuat
apa-apa.”
Dan aspek sosial yang terakhir dalam
cerpen ini yaitu para orang tua
selalu menjaga kedudukan dan kekuasaan sebagai orang-orang yang harus dipercaya
atau sebagai patokan generasi muda. Seperti dalam kutipan paragraf sembilan
baris ke dua “ bahwa orang tua-tua itu bersikap demikian kepada kami orang
muda-muda dulu itu, karena mereka tengah memelihara posisinya yang tinggal
sekomeng lagi, karena kekuasaan revolusi tidak berada di tangan mereka.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar